Aspal digunakan sebagai bahan utama perkerasan flexible untuk jalan raya. Berdasarkan asal muasalnya, aspal terbagi menjadi dua jenis, aspal alam yang diperoleh langsung dari alam dan aspal buatan sisa penyulingan minyak bumi (aspal minyak). Di Indonesia, ada sebuah pulau yang terkenal memiliki kekayaan alam berupa aspal alam yang bisa digunakan sebagai bahan perkerasan, yaitu di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Bagaimana perkembangan penggunaan aspal Buton ini? Mengapa sejak tahun 80-an aspal ini jarang dipakai untuk membuat jalan raya?
Sejarah Singkat Tentang Pulau Buton
Pulau Buton termasuk dalam wilayah administrasi Provinsi Sulawesi Tenggara. Pulau ini merupakan salah satu penghasil aspal terbesar di seluruh dunia. Aspal dari Pulau Buton ini dikenal dengan Asbuton (Aspal Buton) / Butas (Buton Asphalt) yang dikenal pada jaman penjajahan Belanda. Ketersediaan Asbuton di pulau ini sekitar 600 juta ton, yang merupakan cadangan aspal terbesar di dunia, mengalahkan Danau Pitch di Trinidad, Oil Sand di Canada, Perancis serta Mesir. Cadangan asbuton ditaksir bisa memenuhi kebutuhan aspal nasional hingga 200 tahun kedepan.
Asbuton mulai dimanfaatkan oleh pemerintah Indonesia sejak tahun 1970-an. Pembangunan jalan Cimahi-Padalarang sepanjang 3 kilometer, kemudian dimanfaatkan juga untuk penelitian kelayakan asbuton untuk ruas jalan Jakarta-Cirebon, sejauh 240 km. Tahun 80-an, Bina Marga mulai memanfaatkan asbuton untuk diterapkan pada berbagai tipe konstruksi, namun hasilnya masih kurang memuaskan. Pasa masa-masa itu, aspal dari Pulau Buton mulai ditinggalkan (tidak digunakan).
Tahun-tahun terakhir ini, harga minyak dunia semakin naik diiringi kenaikan harga BBM di seluruh dunia. Pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum (2007) mengeluarkan kebijakan untuk memanfaatkan aspal asbuton sebagai bahan pembuat jalan demi menghemat devisa. Hal ini didasarkan pada sifat aspal asbuton yang cukup baik dan memiliki kerekatan yang cukup untuk merekatkan agregat yang digunakan pada perkerasan jalan.
Kualitas Aspal Pulau Buton
Kualitas aspal Buton dari Lawele di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, memenuhi standar jalan nasional dan harganya lebih murah dibandingkan dengan aspal minyak. Aspal dengan nama Lawele Granular Asphalt (LGA) ini kandungan airnya rendah, stabil, dan tahan hingga 10 tahun. LGA diklaim kualitasnya lebih baik daripada aspal Buton yang ditinggalkan dulu .
Hal ini menarik perhatian PT. Sarana Karya untuk memproduksi aspal dari Lawele tersebut secara massal. ”Keunggulan LGA yang akan diproduksi massal mulai 2009 ini memberikan harapan kebangkitan aspal Buton yang terpuruk sejak 1987,” kata Syamsul Qamar, Direktur Utama PT Sarana Karya, Rabu (26/11/2008) di Buton.
Dalam informasi yang dimuat website tersebut, Syamsul juga menjelaskan keunggulan LGA dibanding aspal minyak. Selain itu harganya lebih murah. Kualitas LGA lebih bagus daripada BGA (Buton Granular Asphalt) dari tambang Kabungka yang hanya sebagai bahan penambal jalan rusak. LGA bisa digunakan sebagai campuran hotmix.
Spesifikasi aspal LGA sudah dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum untuk meningkatkan kepercayaan pengguna terhadap aspal Buton. LGA direkomendasikan untuk jalan di seluruh Indonesia. Beberapa jalan di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi telah menggunakan aspal LGA dan hasilnya bagus.
Apa beda aspal alam dengan aspal minyak?
Aspal alam beda dengan aspal konvensional (turunan minyak bumi). Aspal alam langsung ada dalam tanah (bisa dikatakan sebagai suatu mineral).
Apakah aspal alam buton sudah diolah ?
Aspal Alam di pulau Buton, Sulawesi Tenggara ditemukan tahun 1926 oleh geolog Belanda Hetzel, selanjutnya aspal tersebut diolah oleh PT Perusahaan Aspal Negara, kemudian terakhir oleh BUMN PT Sarana Karya. Selanjutnya sudah ada beberapa investor swasta yang ikut menambang aspal alam buton.
Sebenarnya berapa sih kandungan aspal alam di pulau buton ?
Kandungan aspal Buton yang terukur diperkirakan mencapai 650 juta ton dari sejumlah 2 miliar ton hasil survei Direktorat Energi dan Sumber Daya Mineral, Bandung. Semenjak ditambang hingga saat ini, aspal Buton yang telah dieksploitasi baru 3,4 juta ton.
Kenapa penggunaan aspal alam kurang berkembang di Indonesia ?
PT Sarana Karya, pemegang konsesi penambangan aspal buton, hanya bisa mengolah aspal alam menjadi aspal butir/granular, dimana aspal ini hanya digunakan untuk jalan-jalan ‘kelas rendah’ seperti jalan lingkungan, atau jalan-jalan dengan frekwensi kendaraan rendah.
Bagaimana perkembangan terbaru aspal buton sekarang ini ?
Semua orang tahu kualitas aspal alam buton, sehingga banyak investor yang ingin menambang aspal alam buton ini. Sekarang ini penambang aspal alam buton tidak hanya PT Sarana Karya, tetapi sudah banyak yang lain. Yang perlu dicatat adalah ada salah satu investor aspal alam buton yang berhasil mengolah aspal alam buton menjadi aspal cair, sehingga dapat dipakai untuk jalan kualitas tinggi (frekwensi kendaraan tinggi).
Bagamana peranan pemerintah dalam penggunaan aspal buton ?
Selain memperbanyak/mempermudah investor yang akan mengolah aspal alam buton (Departemen ESDM), Departemen PU juga mempunyai peranan yang (seharusnya) signifikan. Departemen PU melalui Direktorat Jendral Bina Marga dalam beberapa tahun terakhir, telah ‘mengharuskan’ beberapa ruas jalan nasional (yang penanganan-nya menjadi wewenang Departemen PU) untuk memakai aspal buton.
Bagaimana realisasi-nya?
Sangat mengecewakan. Dari puluhan ribu ton target penggunaan aspal buton pada jalan nasional, hanya ter-realisasi kurang dari 10%. Demikian juga jatah dari Dep. PU sebesar kurang lebih 80.000 aspal buton untuk daerah (dalam hal ini pemda kabupaten/kota) pemanfaatan-nya masih sangat minim.
Kenapa hal ini bisa terjadi ?
Ada miss antara disributor aspal buton dengan pemerintah (Dept PU) sebagai owner. Ada kesalahan distributor, dimana komitmen pasokan aspal buton yang telah disepakati antara distributor dan pemerintah, tidak dapat dipenuhi oleh distributor, karena satu dan lain hal. Untuk tahun 2008, sudah ada gentlemen agreement antara distributor dan pemerintah (Dept. PU) bahwa kejadian tahun 2007 tidak akan terulang lagi.
Sebenarnya seberapa jauh aspal alam buton bisa menggantikan aspal minyak konvensional?
Aspal alam buton adalah suatu mineral mentah, sehingga untuk pemanfaatannya harus diolah telebih dahulu. Sedangkan aspal minyak adalah hasil turunan dari minyak bumi. Aspal buton bisa berfungsi sebagai subsitusi (pengganti) atau komplementer (pelengkap) dari aspal minyak. Aspal buton bisa sebagai pengganti sepenuhnya aspal minyak untuk metode aplikasi lapen (Lapis Penetrasi) untuk jalan kolektor, jalan kabupaten/kota atau jalan lingkungan. Sedangkan sebagai fungsi komplementer (pelengkap) adalah pada metode aplikasi hotmix atau coldmix. Pada metode aplikasi hotmix, aspal buton diolah sebagai bahan tambah/modified. Hal ini bisa mengurangi penggunaan aspal minyak hingga 75%.
Apakah pemerintah, dalam hal ini instansi teknis terkait (Departemen Pekerjaan Umum) pernah melakukan pengujian terhadap aspal alam buton?
Sudah pernah. Pengujian dilakukan oleh Pusat Penelitian Jalan Departemen PU. Hasilnya dituangkan dalam Sertifikasi Uji Kelayakan Teknis No. 06.1.02.485701.33.11.002. Isinya potensi penggunaan aspal Buton dalam pembangunan dan pemeliharaan jalan sudah sangat layak dan dapat segera dilaksanakan. Bahkan penelitian terakhir pengembangan aspal Buton telah dapat menghasilkan kualitas jalan yang setara dengan penggunaan aspal minyak.
Kesimpulannya, aspal Buton saat ini memiliki kualitas yang lebih baik karena teknologi pengolahan aspal alam menjadi aspal siap pakai juga berkembang. Bahkan dalam penelitian, aspal Buton menunjukkan kualitas yang setara dengan aspal Trinidad .
Cuma kekurangannya, menurut beberapa kontraktor , stok aspal Buton lebih sulit diperoleh. Sedangkan aspal minyak sangat mudah didapat.
Yah, semoga saja para produsen aspal bisa memanfaatkan dengan baik kandungan aspal alam Indonesia, mampu mengolahnya menjadi aspal bermutu tinggi, sehingga para pembuat jalan tidak perlu mengimpor aspal dari Trinidad atau negara lain.